Ukirankepala macan adalah sebuah bentuk penghormatan Sang Prabu terhadap Macan Putih yang telah senantiasa menjadi pendampingnya untuk membantu menghadapi serangan bangsa-bangsa yang ingin menghancurkan Kerajaan Pajajaran. Kata Kujang sendiri berasal dari kata sunda kuno “Sudi” dan “Hyang”. Sudi artinya senjata yang sakti.
KarenaPrabu Siliwangi kembali memeluk agama Budha setelah Nyi Subang Larang meninggal dunia. Tetapi kedua putra-putrinya itu sudah dididik dan diberi petunjuk oleh almarhum ibunya agar memperdalam agama Islam di Pangguron Gunung Jati. Akhirnya mereka pun menuntut ilmu dan memperdalam agama Islam, menjadi santri Syekh Nurjati di Pesambangan
FilterFashion PriaSepatu PriaBatik PriaPerhiasan PriaBukuBuku Remaja dan AnakSosial PolitikRumah TanggaPerawatan TubuhMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata produk untuk "prabu siliwangi" 1 - 60 dari - Aditya Black Sepatu Kulit Oxford 80 rbDepokPrabu 250+PreOrderAdLukisan kanvas prabu siliwangi 90x70 cm 1%Kab. GianyarJendela Ubud 2AdLukisan Prabu Siliwangi 60 x 80 20 rbKab. Banyumastoko lukisan 1AdGaleri FashionPrabu - Naka Black Sepatu Oxford Kulit 80 rbDepokPrabu 750+PreOrderAdSaefi Banyu Kencana Prabu Bogormangkubumi24Arjuna Weda Hem Batik Anak Prabu Siliwangi - TimurBatik Arjuna 11Arjuna Weda Kemeja Batik Pria Motif Prabu Siliwangi - TimurBatik Arjuna WedaTerjual 9Arjuna Weda Hem Batik Prabu Siliwangi - TimurBatik Arjuna 5KEMEJA BAJU BATIK PRIA LENGAN PANJANG HEM ATASAN MOTIF PRABU Baratkedai yodhaKemeja Baju Batik Pria Lengan Panjang Hem Atasan Motif Prabu Ivangkia
SriPrabu Dewa Naskala Ningrat Kencana (Ayahanda dr Prabu Siliwangi) 18. Hyang Makukuhun Wali Haji Sakti Galuh Pakuwon. sejarah Syahdan menurut hikayat tutur kata para sepuh, setelah pada tahun 17 M Sri Panggung Pertama bergelar Sri Ratu Prabu Gung Binathara Adjar Kusuma Padangi menginjakkan kakinya di Gunung Padang dan mengukuhkan situs
Sri Baduga Maharaja Jaya Dewata atau sering disebut juga Prabu Siliwangi, sering dianggap sebagai teladan pemimpin Sunda paling sukses. Carita Parahiyangan menggambarkan bahwa Kerajaan Pajajaran dibawah kepemimpinan Prabu Siliwangi mengalami kemakmuran dan aman sentosa. Kulitas kepemimpinan Prabu Siliwangi tercermin dari gelarnya Sri Baduga Maharaja. Apa sebenarnya arti gelar Prabu Siliwangi? Prabu Siliwangi adalah Penguasa Legendaris Kerajaan Pajajaran Pada masa Prabu Siliwangi, di Pajajaran mulai muncul instabilitas di sektor kehidupan spiritual masyarakat. Yaitu dengan makin banyaknya hulun/rakyat Pajajaran berganti agama. Saya lebih mengagumi kepemimpinan Niskala Wastu Kancana dibanding Prabu Siliwangi. Tapi kali ini kita bahas dulu Prabu Siliwangi karena pada umumnya Orang Sunda lebih dekat dengan sosok yang satu ini. Prabu Siliwangi merupakan penguasa Kerajaan Pajajaran paling legendaris. Sekilas Kepemimpinan Prabu Siliwangi Prabu Siliwangi dianggap teladan pemimpin Sunda. Tetapi pada dasarnya banyak yang sekadar ikut-ikutan mengagumi, dan lupa untuk mencari lebih dalam tentang rahasia keberhasilan kepemimpinannya. Itu bisa dimengerti, karena memang tidak banyak literatur yang mengupas sosok Prabu Siliwangi. Saya membaca Pantun Sunda, dan semuanya hanya secara global saja menceritakan tentang Prabu Siliwangi. Dia raja adil dan sayang pada rakyat. Walaupun Pantun Mundinglaya menunjukkan, bahwa ternyata Prabu Siliwangi juga sempat termakan hoax hingga memenjarakan anaknya. Dalam versi lain bahkan Prabu Siliwangi juga sempat melakukan ketidakadilan saat mencoba menyingkirkan putera mahkota Surawisesa. Lalu dimana sebenarnya kunci keberhasilan kepemimpinan Prabu Siliwangi? Dengan cara seperti apa dia memajukan Kerajaan Pajajaran? Seperti yang saya bilang, tidak banyak literatur tentang tindakan-tindakan spesifik Prabu Siliwangi. Namun ada sebuah indikasi menarik tentang sikap dan moralitas kepemimpinannya. Kita ingat bahwa Prabu Siliwangi diberi gelar Sri Baduga Maharaja. Sejauh ini belum ditemukan arti tegas paparan nama Sri Baduga Maharaja. Kita coba kupas bareng di sini. Baca Juga Agama Prabu Siliwangi Mengupas Arti Gelar Prabu Siliwangi Sri dalam Bahasa Sanskrit sering diartikan cahaya atau gemilang. Sri juga sering dinisbatkan sebagai nama Dewi Padi. Tetapi dalam konteks feodalisme kuno, Sri disini dianggap sebagai sebutan kehormatan bagi seorang raja atau pemimpin. Sri di situ merangkul tentang keagungan dan kebesaran. Kata Baduga memiliki arti Pengurus atau Pelayan. Sekarang kita mengenalnya dengan kata badega. Bagaimana bisa kata Baduga yang begitu agung jadi kata Badega yang terkesan rendah, karena di masa sekarang badega sama dengan babu/pembantu. Tidak usah heran. Bahasa Sunda sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Ingat kata ewe? Sekarang itu kata yang terkesan jorok diucapkan. Tetapi dahulu kata itu merupakan kata lazim sebutan untuk perempuan. Kata “bujangga” dulu sebutan untuk ahli geografi dan literasi Kerajaan Pajajaran. Sekarang nama tersebut hanya klasifikasi penulis sastra. Jadi bukan katanya yang berubah makna, tetapi pengrtian kita sendiri yang berubah seiring jaman. Banyak kata-kata lainnya yang sudah berubah arti dan konteks. Perubahan Baduga jadi Badega juga seperti halnya Ngaing jadi Aing. Masih banyak perubahan kata atau hurup lainnya. Penekanan kata Sri di depan kata Baduga menimbulkan interpretasi penyebutan tentang kebesaran dan keagungan. Dengan demikian, Sri Baduga bisa diartikan Sang Pengurus Agung. Itu sebuah sebutan yang umum di masa kerajaan. Dalam semua teksnya, Pantun Buhun Pajajaran juga biasa menyebut para pemimpin negara/pejabat dengan sebutan Pangurus. Baca juga Kisah Subang Larang, Perempaun Sunda Pertama Yang Memeluk Islam Prabu Siliwangi Maharaja Kerajaan Sunda Nah sekarang kita bicara Maharaja-nya. Prabu Siliwangi terkenal karena kepemimpinannya yang bijaksana dan adil. Ia peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya dan selalu berusaha membangun keadilan sosial di dalam kerajaannya. Prabu Siliwangi menjunjung tinggi kebudayaan Sunda dan mempromosikan seni, sastra, dan tradisi Sunda. Prabu Siliwangi tidak seperti Niskala Wastu Kancana ataupun ayahnya yang hanya berkuasa di Galuh. Sri Baduga pemimpin dua entitas besar politik Sunda yaitu Galuh dan Pakuan. Wilayahnya jauh lebih luas dari raja-raja Pajajaran sebelumnya. Raja bawahannya juga bertambah hampir dua kali lipat. Itulah sebabnya gelarnya bukan sebatas Raja, tetapi Maha Raja. Prabu Siliwangi membawahi empat puluh lebih raja bawahan di seluruh Tanah Pasundan. Dalam konsep politik luar, level kekuasaan Prabu Siliwangi bukan lagi kerajaan, tetapi Kemaharajaan/Kekaisaran Empire.Dengan begitu gelar Sri Baduga Maharaja pada Prabu Siliwangi memiliki arti Sang Pengurus Kerajaan-Kerajaan di Tanah Sunda. Kata kerajaannya dua kali, beda dengan para pendahulunya yang hanya raja. Sistemnya mirip Pederasi, ada raja utama di pakuan dan raja-raja bawahan di daerah. Semuanya disebut Nagara Sunda. Jika demikian kenapa Surawisesa tidak bergelar Maharaja bukankah dia juga masih menguasai Galuh dan Pakuan pada saat dilantik? Bisa dibilang begitu. Tapi saat Surawisesa naik tahta, wilayah Pajajaran sudah berkurang akibat perkembangan Cirebon. Pengaruh Prabu Siliwangi Di Era Facebook Identitas Budaya Prabu Siliwangi menjadi salah satu simbol utama identitas budaya Sunda. Kehadirannya mengingatkan masyarakat Sunda akan warisan budaya dan sejarah mereka. Prabu Siliwangi seringkali dikaitkan dengan keberanian, keadilan, dan kepemimpinan yang bijaksana, yang masih dijunjung tinggi dan menjadi nilai-nilai yang dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Inspirasi dalam Seni dan Sastra Kisah dan legenda Prabu Siliwangi menjadi inspirasi dalam seni dan sastra Sunda modern. Karya-karya seperti puisi, lagu, tarian, dan pertunjukan teater mengangkat kisah-kisah mengenai kehidupan, perjuangan, dan kepemimpinan Prabu Siliwangi. Ini membantu mempertahankan dan menghidupkan kembali warisan budaya Sunda di tengah perkembangan zaman. Tempat Wisata Monumen dan patung-patung yang didirikan untuk menghormati Prabu Siliwangi menjadi tempat wisata yang populer di Jawa Barat. Orang-orang datang untuk mengunjungi dan menghormatinya, serta mempelajari lebih lanjut mengenai sejarah dan budaya Sunda. Ini juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar yang terlibat dalam industri pariwisata. Pendidikan dan Pembelajaran Cerita dan kisah Prabu Siliwangi sering diperkenalkan dalam kurikulum pendidikan di Jawa Barat. Melalui pembelajaran mengenai Prabu Siliwangi, generasi muda dapat menghargai dan memahami sejarah serta nilai-nilai yang ia perwakilkan. Hal ini membantu memperkuat identitas budaya dan mengembangkan rasa kebanggaan terhadap warisan leluhur. Kegiatan Tradisional Festival dan acara budaya di Jawa Barat sering kali melibatkan referensi dan perayaan terhadap Prabu Siliwangi. Misalnya, dalam upacara adat atau perayaan tradisional, Prabu Siliwangi sering diperankan atau dihormati melalui tarian, nyanyian, dan prosesi khusus. Ini merupakan cara masyarakat Sunda memelihara dan merayakan warisan budaya mereka. Konklusi Kisah-kisah dan legenda tentang Prabu Siliwangi terus hidup dalam budaya dan tradisi Sunda. Dia menjadi inspirasi dalam seni, musik, dan sastra Sunda. Monumen dan patung-patung didirikan untuk menghormatinya di Jawa Barat, sebagai bentuk pengakuan atas jasanya dalam mempertahankan dan memajukan kerajaannya. Prabu Siliwangi adalah tokoh yang dihormati dan diingat oleh masyarakat Sunda sebagai simbol keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan. Kisahnya telah memberikan inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya untuk terus mempertahankan dan memajukan budaya serta warisan Sunda. Dengan kepemimpinan yang kuat, kepedulian terhadap kebudayaan dan agama, serta legenda dan kisah heroik yang mengelilinginya, Prabu Siliwangi menjadi sosok yang berpengaruh dan dihormati dalam sejarah dan budaya masyarakat Sunda di Jawa Barat. Baca Manuskrip Sunda Di Langit Kota Paris – 3 Sosok Besar Perang Pajjaaran VS Cirebon
PrabuSiliwangi bersama para pengikut setianya memutuskan jalan gaib dengan cara ngahyang atau moksa. Sehingga, banyaknya pihak yang berminat,” kata sang pemilik yang juga enggan disebut identitasnya.Menurut
Bogor - Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Bima Arya Sugiarto menyandingkan gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan Maha Raja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pakuan Pajajaran yang sama-sama dicintai Arya dalam sambutan Sarahsehan Kebangsaan di Puri Begawan, Jumat, 2 Juni 2023, mengatakan ada tiga ciri kepemimpinan Prabu Siliwangi yang tersohor dan membuat warganya tetap mencintai sosoknya. Tiga ciri itu, menurut dia, juga dimiliki oleh Ganjar Pranowo."Nah, Bapak, Ibu sekalian, Mas Ganjar, Prabu Siliwangi ini dahsyat luar biasa. Tadi pagi, waktu lari, kawan saya sempat diskusi dengan Mas Ganjar soal Prabu Siliwangi," kata Bima Arya yang juga politikus Partai Amanat menuturkan kedatangan Ganjar Pranowo pada tanggal 2 Juni 2023 diapit oleh dua hari penting, yakni Hari Lahir Pancasia pada 1 Juni dan Hari Jadi Bogor ke-541 pada 3 Juni sejak zaman Kerajaan Pakuan Pajajaran. Dua hari penting itu juga berhubungan dengan sejarah Indonesia karena Bung Karno sebagai pendiri negara mungkin saja menyerap nilai-nilai dari Prabu Siliwangi yang diperas menjadi nilai-nilai di satu sisi, kata Bima, kisah tentang Prabu Siliwangi dianggap sebagai mitos, legenda, bahkan ada yang percaya belum wafat dan ada yang percaya "ngahiang" atau menghilang, namun semua itu bukti sosok Prabu Siliwangi dicintai rakyatnya."Jadi kalau dicintai mendekati mitos, seperti pencinta Bung Karno, yang mungkin menanggap sampai saat ini Bung Karno bersemedi di suatu tempat. Karena saking cintanya kepada Bung Karno, legacy-nya panjang gitu. Mengapa seperti itu? Clean and clear Bapak, Ibu, jelas sekali, keamanan, kesejahteraan dan keberagaman itu jaya di masa Prabu Siliwangi," kata Pajajaran, kata Bima, ibu kotanya di bangun parit mengelilingi kerjaan yang berfungsi menjaga keamanan dan kesejahteraan warganya. Di samping itu, Prabu Siliwangi pluralis sejati, menghargai keberagaman, mengayomi perbedaan. "Agama Islam boleh tumbuh dan berkembang di zaman Prabu Siliwangi. Apa hubungannya sama Mas Ganjar? Nanti dulu. akan nyambung saja di ujungnya nih," kata Bima menyebutkan tiga nilai Prabu Siliwangi yang ada pada Ganjar Pranowo. Pertama "pamanggul", artinya pemikul yang mengharuskan memiliki stamina dan jiwa raga kuat. "Mentalnya harus kuat, staminanya harus kuat. Jadi kalau kuat lari, setiap kota dikunjungi, kuat apa enggak? Pamanggul apa enggak? Ganjar Pranowo bukan? Itu satu," kata Bima, ini juga filosofi kepemimpinan Prabu Siliwangi dan pemimpin Sunda, "jembar hate", ikhlas legawa, hati seluas samudera, tidak "julid." Walau pun belum pasti dapat tiket jabatan selanjutnya, belum pasti didukung, tetap bekerja dengan ikhlas tidak mengharapkan apa-apa dan loyal terhadap pimpinan. Ketiga, filosofi "parigeuing" yang berarti pintar dan piawai berkomunikasi bertutur dengan baik, tidak pernah menyakiti, tutur katanya itu tidak pernah menyinggung, tidak pernah membuat gejolak, tidak pernah kontroversial. Hati-hati dan mampu berselancar ke semua elemen, baik di dunia nyata maupun dunia maya, termasuk sosial media."Jadi kalau dulu di zaman Prabu Siliwangi sudah ada sosmed, kemungkinan besar, Prabu Siliwangi ini punya akun IG untuk berselancar dengan warganya, karena piawai berkomunikasi. Jadi pemimpin parigeuing, piawai berkomunikasi. Ganjar Pranowo bukan?," kata Bima. Pilihan Editor PAN Beri Sinyal Akan Sandingkan Ganjar Pranowo dengan Erick Thohir
Dimanamakam Prabu Siliwangi yang asli? Istana Prabu Siliwangi memerintah dipercaya berada di wilayah Bogor kini. Namun, tempat peristirahatannya, atau petilasannya, berada di Majalengka. Cara Melindungi Flash Drive USB dengan Kata Sandi. Tandai semua Pesan Gmail Anda sebagai “Baca” di One Go
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Bagi masyarakat Tatar Sunda, julukan Prabhu Siliwangi, sesungguhnya ditulis Silih Wangi, sudah tentu sangat dikenal. Ia dianggap sebagai raja Sunda Kuno terbesar, yang membawa keharuman dan kemakmuran kerajaannya. Istilah Siliwangi telah disebutkan dalam naskah Bujangga Manik tersimpan di perpustakaan Bodleian di Oxford Inggris sejak 1627 atau 1629. Bujangga Manik adalah seorang bangsawan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang memilih menjadi rahib Hindu-Sunda yang berkelana ke beberapa tempat suci untuk mencari tempat untuk masa akhir naskah baris 663-667 yang tertuang di buku Tiga Pesona Sunda Kuna karya J. Noorduyn Direktur KITLV yang pensiun pada 1991 dan A. Teeuw Profesor Emeritus bidang Bahasa dan Sastera Melayu dan Indonesia di Universitas Leiden tertulis Nyiar lemah pamasaran/ nyiar tasik panghanyutan/ pigeusaneun aing pah/ pigeusaneun nunda raga Mencari tempat untuk pekuburan/ mencari telaga untuk tenggelam/ tempat untuk kematianku/ tempat untuk meninggalkan badanKronologi naskah Bujangga Manik menurut J. Nooduyn yang merupakan peneliti pertama naskah tersebut mengatakan more specifically the mention Majapahit, Malaka and Demak allow us, as we shall see, to date the writing of the story in the 15th century, probably the letter part of this century, or the early 16th century at latest. Pernyataan Nooduyn memberikan kisaran waktu penulisan naskah pada abad ke-15 atau paling akhir pada permulaan abad ke-16 Masehi. Kisaran itu memang mungkin benar karena didasarkan pada penyebutan tempat-tempat yang secara politis sedang berkembang atau masih berkuasa dalam periode yang sama. hal yang menarik adalah adanya penyebutan sasakala siliwangi di dalam naskah Bujangga Manik pada akhir abad ke-15. Kata Siliwangi atau Silih Wangi telah dikenal. Berikut kutipan naskah Bujangga ManikSadatang ka tuntung Su nda, Nepi ka Arega Jati, Sacun nduk ka Jalatunda, Sakakala Silih Wangi, Samung kur aing ti inya, Meun tasing di Cipamali. Setibanya di ujung perbatasan Sunda, Tiba ke Arega Jati, sampailah ke Jalatunda, situs peninggalan Silih Wangi. Setelah aku meninggalkan tempat itu, kuseberangi Sungai CipamaliSejak lama para ahli, media sosial, media cetak, dan media daring tergoda untuk menelusuri tentang tokoh Siliwangi. Bahkan, pun menurunkan laporannya berjudul Prabu Siliwangi Asal-usul, Masa Kejayaan, Silsilah, dan Mitos Macan Putih dan dibaca kali. Kajian pada mulanya dilakukan Moh. Amir Sutaarga tahun 1965 dengan judul Prabu Siliwangi atau Ratu Purana Prabu Guru Dewataprana Sri Baduga Maharaja Ratu Hadji di Pakuan Padjadjaran 1474-1513. Kajian berikutnya dilakukan Ayatrohaedi tahun 1986 dengan judul Niskalawastukancana 1348-1474 Raja Sunda Terbesar? Menyusul kemudian kajian Saleh Danasasmita yang menulis dalam bahasa Sunda dengan judul Tokoh Siliwangi dina Sajarah, termaktub dalam kumpulan karangan yang bertajuk Nyucruk Sajarah Pakuan Pajajaran jung Prabhu Siliwangi tahun 2003. Ketiga ahli tersebut menyimpulkan bahwa Siliwangi dahulu memang tokoh sejarah yang pernah hidup, berkuasa dan dikenang dalam berbagai cerita rakyat dan tradisi lisan Ayatroehaedi memiliki pendapat yang berbeda tentang identitas Prabhu Siliwangi bukan tokoh Sri Baduga Maharaja. Ia menyatakanmengingat hingga sekarang tidak ada satu pun sumber sejarah 'utama' yang pernah menyebut nama itu. Nama Siliwangi sedemikian jauh hanya ditemukan dalam berbagai carita pantun, tradisi lisan, naskah yang berasal dari masa yang lebih muda. Sedemikian jauh, Siliwangi terutama dikenal sebagai tokoh sastra, dan bukan tokoh sejarah, halaman 31Ayatroehaedi berhasil merangkum informasi tentang Prabhu Siliwangi dari karya sastra Sunda Kuno dan tradisi pantunPertama, menurut berbagai babad dapat diketahui bahwa Siliwangi menjadi raja tidak langsung menggantikan ayahnya, Prabu Anggalarang. Ia menjadi raja setelah ada orang lain yang bertindak sebagai 'penyelang'. Kedua, tokoh itu haruslah hidup pada masa awal masuknya pengaruh Islam ke Jawa Barat, karena menurut sumber-sumber sastra dan tradisi lisan, Siliwangi diajak masuk Islam oleh anaknya sendiri. Ketiga, tokoh itu haruslah yang besar jasanya di dalam memajukan kesejahteraan hidup rakyatnya, karena berbagai sumber menyebutkan bahwa pada masa pemerintahannya kerajaan Sunda berada dalam taraf hidup yang subur makmur loh jinawi, halaman 32 1 2 3 Lihat Humaniora Selengkapnya
Disana ada petilasan Prabu Siliwangi yang bisa dikunjungi. Leuweung Sancang merupakan cagar alam yang terletak di Jalur Pantai Selatan. Di sana ada petilasan Prabu Siliwangi yang bisa dikunjungi. Ini Kata Pramugari Cathay. Hong Kong yang Kian Ramah untuk Wisatawan Muslim. Salat Tarawih, Sekitar 200.000 Jemaah Hadir di Halaman Luar Masjid
Prof. Dr. Ayatrohaedi kedua dari kanan bersama para profesor Universitas Indonesia. Repro 65=67 Catatan Acak-acakan dan Cacatan Apa Adanya. Prabu Siliwangi telah menjadi identitas orang Sunda. Mereka meyakini bahwa Prabu Siliwangi adalah Sri Baduga Maharaja, raja Kerajaan Pajajaran. Namun, Prof. Dr. Ayatrohaedi, arkeolog, ahli bahasa, peneliti sejarah Sunda, dan guru besar arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia, punya pendapat berbeda mengenai jati diri Prabu Siliwangi. Dia juga meluruskan bahwa nama kerajaan yang benar adalah Sunda sedangkan Pajajaran, lengkapnya Pakwan Pajajaran, adalah ibukotanya. Ayat memiliki pendapat bertentangan setelah meneliti Naskah Wangsakerta dari Cirebon sejak akhir tahun 1970-an. Naskah berbahasa Cirebon ini ditulis selama 21 tahun 1677-1698 dengan aksara Jawa dan tebal tiap buku atau jilid sekitar 200 halaman. Para penyusunnya mengatakan bahwa Naskah Wangsakerta adalah “buku induk” riwayat Nusantara untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mengetahui riwayat dan kisah tanah kelahiran dan para leluhur mereka. “Dalam kaitannya dengan tokoh Prabu Siliwangi, naskah itu bagiku merupakan pembuka jalan untuk memasuki kegelapan mengenai tokoh itu,” kata Ayat dalam memoarnya, 65=67 Catatan Acak-acakan dan Cacatan Apa Adanya. Menurut naskah itu, kata Ayat, sebenarnya tidak ada raja Sunda bernama Prabu Siliwangi. Nama itu hanyalah julukan bagi raja-raja Sunda yang menggantian Prabu Wangi yang gugur di Bubat. Prabu Wangi sendiri nama sebenarnya adalah Prabu Linggabhuwana atau dalam Carita Parahiyangan disebut Prabu Maharaja. Julukan Prabu Wangi diberikan kepadanya oleh rakyatnya karena ketegarannya mempertahankan martabat Sunda ketika, akibat kelicikan Mahapatih Gajah Mada, bersama semua pengiring, pengawal, dan putrinya yang cantik jelita, Dyah Pitaloka, gugur dalam pertempuran melawan Majapahit pada 1357. Julukan itu sebagai penghormatan terhadap semua jasa dan pengabdian sang raja sehingga namanya menjadi wangi atau harum. “Lalu, raja-raja sesudahnya dikenal sebagai Prabu Siliwangi yang maksudnya asilih prabu wangi atau menggantikan Prabu Wangi’,” kata Ayat. Ada berapa raja Sunda yang menggantikan Prabu Wangi? Menurut Ayat, Naskah Wangsakerta dan Carita Parahiyangan mencatat jumlah yang sama, yaitu delapan raja. “Di sinilah aku berbeda paham dengan sejawat peneliti sejarah Sunda. Mereka hanya mengakui Sri Baduga Maharaja 1482-1521 sebagai Prabu Siliwangi, sementara aku mengakui ada delapan orang raja berjuluk Prabu Siliwangi. Sama dengan kepercayaan orang Jawa yang menganggap bahwa ada lima raja bernama Prabu Brawijaya,” kata Ayat. Gelar Prabu Siliwangi tidak disematkan pertama kepada Mangkubumi Bunisora yang memegang tampuk pemerintahan ketika kakaknya, Prabu Linggabhuwana berada dan gugur di Bubat. Sebagai adik yang menjabat mangkubumi atau perdana menteri, Bunisora tidak dianggap sebagai pengganti Linggabhuwana karena Naskah Wangsakerta selalu menyatakan dia sebagai “raja penyelang.” Dia memegang pemerintahan karena rajanya bepergian. Para peneliti Sunda menganggap Sri Baduga Maharaja sebagai raja Sunda terbesar. Namun, Ayat mempertanyakan mungkinkah Sri Baduga Maharaja dapat disebut sebagai raja terbesar dan masih sempat meluaskan wilayahnya, sementara itu dia harus menghadapi pasukan Islam dari Demak dan Cirebon? Bukankah untuk mempertahankan dirinya saja, dia harus mencari bantuan kepada Portugis yang menduduki Malaka sejak tahun 1511. Dari semua pengganti Prabu Wangi, dia yang kedua lamanya dalam memerintah selama 39 tahun 1482-1521. Namun, tidak mengalahkan Niskala Wastukancana yang berkuasa selama 104 tahun 1371-1475. Selain sebagai raja terbesar, para peneliti sejarah Sunda juga menyebut Sri Baduga Maharaja sebagai raja terakhir. Ayat kembali mempertanyakan bukankah Kerajaan Sunda baru runtag runtuh tahun 1579, 58 tahun setelah Sri Baduga Maharaja meninggal? Sedangkan Naskah Wangsakerta menyebut bahwa raja Sunda terakhir adalah Suryakancana atau dalam Carita Parahayiangan bernama Nu Siya Mulya yang memerintah selama 12 tahun 1567-1579. “Dengan mengikuti Naskah Wangsakerta berarti raja terbesar adalah Niskala Wastukancana sebagai Prabu Siliwangi I sedangkan raja terakhir adalah Suryakancana yang berjuluk Prabu Siliwangi VIII,” kata Ayat. Ayat menyadari tidak mudah mengubah pendapat orang. Hingga sekarang pun barangkali masih banyak yang mengamini pendapat bahwa Prabu Siliwangi hanya seorang raja yaitu Sri Baduga Maharaja. “Baru mereka yang mendalami sumber sejarah secara lebih daria sungguh-sungguh yang mulai menerima pendapatku. Tidak apa,” kata Ayat.
TEMPOCO, Bogor - Puluhan komunitas dari berbagai unsur di Kota Bogor menyatakan siap mengikuti kegiatan napak tilas pada 7 Mei 2017 untuk memperingati 570 tahun kelahiran Prabu Siliwangi."Sekurangnya ada sebanyak 43 komunitas yang sudah menyatakan dukungannya," kata Sekretaris Baraya Kujang Pajajaran (BKP) Ahmad Fahir yang juga menjadi
Karenaakan membuat kalian susah, miskin, dan ikut merasakan lapar,” kata penafsir amanat Prabu Siliwangi. “Kalian boleh memilih untuk hidup kedepan nanti, agar besok lusa kalian bisa kaya raya, senang, dan bisa mendirikan lagi Pajajaran,” sambungnya. Hingga pada akhirnya terdapat 2 kubu dalam pemihakan Prabu Siliwangi. Inilah yang
KehadiranTim Museum Prabu Siliwangi di Lembah Pasirsumbul membuka potensi terpendam di salah satu bumi perkemahan (buper) di kawasan Cipanas, Ternyata setelah kami meneliti batu-batu di sana, dugaan kami tidak meleset,” kata Pemilik Museum Prabu Siliwangi, KHM. Fajar Laksana kepada wartawan, Rabu (17/6/2020).
Macandan Prabu Siliwangi Ilustrasi Prabu Siliwangi dan macan. Sumber: Untungnya, setelah dilakukan penelitian, kata-kata tersebut mengartikan bahwa jika sang prabu sudah tiada maka lihatlah sifat dan karakteristik macan untuk memimpin Sunda. Macan dideskripsikan sebagai binatang yang tegas, berani, tetapi juga sayang